BOLTARA? Santai Dulu, Yuk!

Belakangan ini, obrolan soal “lapangan kerja di Bolmut” belum juga reda, eh tiba-tiba muncul topik baru: Habib Ali mempopulerkan akronim BOLTARA (Bolaang Mongondow Utara). Ada yang mendukung – katanya keren dan lebih luas jangkauannya – ada juga yang meradang, takut identitas “Bolmut” hilang. Yuk, tarik napas dulu.
BOLTARA Bukan Ganti Nama Resmi
Santai saja – ini sekadar akronim branding, bukan pergantian nama kabupaten. Di dokumen resmi tetap tertulis “Kabupaten Bolaang Mongondow Utara”. KTP, akta, atau stempel kantor desa tak perlu dirombak. Jadi, tak usah panik duluan, ya.
Isu Sesungguhnya: Peluang Kerja
Daripada sibuk berdebat soal tiga huruf tambahan, lapangan kerja di sini jauh lebih krusial. Investor mulai melirik, peluang ekonomi terbuka – tapi baru mau masuk sudah disambut komentar negatif di medsos. Akibatnya? Mereka pikir-pikir lagi, lowongan kerja ikutan menguap. Sayang, kan?
Medsos: Ruang Aspirasi, Bukan Ajang “Bakar-Bakaran”
Kritik itu perlu, tapi bedakan kritik membangun dan nyinyir. Kalau setiap kabar baik langsung dicurigai, citra daerah ikut kusam. Investor kapok, rezeki orang-orang Bolmut ikut tersendat.
Ayo Kompak
- Terbuka pada perubahan – akronim boleh berubah, semangat tetap sama.
- Sambut investasi sehat, sambil tetap awasi agar taat aturan dan pro-lingkungan.
- Kritik dengan solusi, bukan provokasi.
- Apresiasi hal positif – sekecil apa pun.
Intinya…
Mau disebut Bolmut atau BOLTARA, tujuan kita cuma satu: daerah maju, warganya sejahtera. Nama bisa fleksibel; yang penting tindakan nyata – lebih banyak peluang kerja, ekonomi bergerak, dan masa depan cerah untuk anak-anak kita. Jadi, alih-alih ribut soal akronim, mending rapatkan barisan untuk hal-hal yang benar-benar berdampak. Deal?
Oleh: Sofian Monoarfa