Pendeknya BOLTARA adalah akronim yang lebih keren daripada BOLMUT

Panjangnya: Mungkin kita sudah terlanjur “Emotionally Attached” dengan nama BOLMUT sebagai Akronim Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang kita cintai (atau mungkin benci tapi rindu) ini. 18 Tahun kita memperkenalkan diri kita di perantauan sebagai “Orang Bolmut”. Bahkan sudah banyak pula remaja yang mencapai usia Akhil Baliq yang mana bagi mereka BOLMUT adalah bagian dari identitas diri. Inilah mungkin yang menyebabkan sebagian dari kita merasa keberatan ketika BOLTARA digaungkan untuk mengganti BOLMUT. Rasanya seperti di panggil dengan nama depan oleh pasangan kita yang selama ini memanggil kita dengan kata “Beb”.
Pun demikian, Saya sendiri tidak begitu sepaham dengan ungkapan “Apalah Arti Sebuah Nama” sebab riset oleh Monash University membuktikan bahwa orang dengan nama “David” atau “Michael” memiliki peluang diterima kerja lebih besar ketimbang nama seperti “Ahmad” atau “Sawal” (serius!, silahkan di-google kalau sodara tidak percaya). Tapi, se jujur-jujurnya, BOLMUT bukanlah akronim yang estetik untuk Bolaang Mongondow Utara. Entah mengapa, saya tidak begitu suka dengan akronim ini, bahkan sejak pertama kali di ucapkan di ruang publik. Entah karena saya, seperti rekan-rekan lain di kala gunjang-ganjing pemekaran lebih menyukai nama BINADOU sebagai nama kabupaten ini, ataukah karena BOLMUT mengingatkan saya akan hewan akuatik yang panjang, licin dan berlendir. Pendeknya, BOLMUT tidak pernah sreg di telinga saya selama ini.
Oleh karena itu, ketika hari ini saya mendengar adanya wacana untuk mengubah akronim Bolaang Mongondow Utara menjadi BOLTARA, saya adalah bagian dari kelompok yang sepakat. Rebranding bukanlah barang baru dan bahkan sering merupakan strategi bagi entitas bisnis maupun organisasi untuk merevitalisasi diri mereka. Mulai dari Facebook yang berganti menjadi Meta, hingga Raden Wulansari menjadi Mulan Jameela, rebranding adalah langkah “merubah imej” yang merupakan bagian dari upaya untuk melakukan suatu transformasi besar. Dan dari sudut pandang “Transofrmasi Besar” inilah saya melihat perubahan akronim BOLTARA ini. Tahun 2025 ini adalah tahun yang tepat bagi Bolaang Mongondow Utara untuk melakukan transformasi karena setidaknya terdapat dua alasan. Pertama adalah karena tahun ini Bolaang Mongondow Utara menginjak usia 18 Tahun, usia dimana seorang remaja memasuki usia dewasa; usia yang “bukan kanak-kanak lagi”. Yang ke dua adalah ini merupakan tahun pertama Pemerintahan Bupati yang benar-benar baru dimana fikiran-fikiran baru, cara-cara baru, terobosan-terobosan baru diharapkan dapat mentransformasi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara tercinta ini. Rebranding akronim BOLTARA oleh karena itu tidak saja perubahan istilah harafiah, namun memiliki makna simbolik yakni transformasi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, yang sekali lagi, diharapkan mengarah pada terciptanya negeri yang Badlatun, Thayyibatun, Wa Rabbun Ghafur.
Akhir kata, perkenankan saya berpantun ria..
Burung perkutut di dalam sangkar
Bersiul-siul tak henti-henti
Karena Bolmut kita bertengkar
Padahal bakul tak ada nasi
Seekor curut cari perkara
Mendulang emas bersuka ria
Merubah BOLMUT jadi BOLTARA
tak harus gelut tetap gembira
Tabea. Peace and Love,
Surya Ningrat Datunsolang
Tabea. Peace and Love,